20 Mei 2015

Rabu, Mei 20, 2015
Siapa aku dan dari mana aku datang?
Ke mana aku akan pergi, apa tujuan
kedatangan dan persinggahanku
di dunia ini, dan di manakah kebahagiaan sejati dapat ditemukan?
Ketahuilah, ada tiga sifat
yang bersemayam dalam dirimu:
hewan, setan, dan malaikat.
Harus kautemukan, mana di antara
ketiganya yang aksidental
dan mana yang esensial.
Tanpa menyingkap rahasia itu,
kau tak akan temukan kebahagiaan sejati.
Mungkin ada pembaca yang keberatan dan menanyakan, “Jika manusia diciptakan dengan sifat-sifat hewan, setan, dan malaikkat, bagaimana kita bisa tahu bahwa sifat malaikat adalah esensi kita, sementara sifat hewan dan setan hanyalah aksidensi?” Jawabannya, esensi setiap makhluk adalah sessuatu yang tertinggi dan khas dalam dirinya. Contohnya, kuda dan keledai adalah hewan pengangkut beban, tetapi kuda lebih unggul karena ia dipergunakan juga untuk perang. Jika tidak, kuda terpuruk hanya menjadi hewwan pengangkut beban. Fakultas tertinggi dalam diri manusia adalah akal yang memmampukannya merenung tentang Tuhan. Jika akal mendominasi maka ketika mati ia terbebas dari kecenderungan syahwat dan amarah sehingga dapat bergabung dengan para malaikat. Dibandingkan dengan beberrapa jenis hewan, manusia jauh lebih lemah. Berkat akal, ia dapat mengungguli mereka sebagaimana dikatakan Alquran: “Telah Kami tundukkan segala sesuatu di atas bumi unttuk manusia” (Q. 45:13). Sebaliknya, jika sifat hewani atau setan yang berkuasa maka setelah mati ia akan selalu menghadap ke bumi dan mendambakan kesenangan dunniawi.
Betapa mengagumkan, jiwa rasional (akal) manusia berlimpah dengan pengetahuaan dan kekuatan. Berkat keduanya ia dapat menguasai seni dan sains, mampu bolak-balik dari bumi ke angkasa secepat kilat, dapat memetakan langit dan mengukur jarak anttarbintang. Berkat ilmu dan kekuatan ia juga dapat menangkap ikan dari lautan dan burrung di udara, bahkan kuasa menundukkan binatang liar seperti gajah, unta, dan kuda. Panca indranya bagaikan lima pintu yang terbuka menghadap dunia luar. Namun yang paling menakjubkan dari semua ini adalah hatinya yang memiliki jendela terbuka ke dunia ruh yang gaib. Dalam keadaan tidur, ketika saluran indranya tertutup, jendela ini terbuka menerima berbagai gambaran dari dunia gaib, yang kadang-kadang mengabarkkan isyarat tentang masa depan. Hatinya bagaikan sebuah cermin yang memantulkan segala sesuatu di Lauh Mahfuzh. Tetapi, bahkan di saat tidur, pikiran-pikiran yang bersifat duniawi akan memburamkan cermin tersebut sehingga kesan-kesan yang diterimannya tidak jelas. Bagaimanapun, saat kematiaan datang, semua pikiran seperti itu akan sirna dan hakikat segala sesuatu tampak sejjelas-jelasnya. Saat itulah yang dimaksud dalam ayat di atas: Kamu lalai dari (hal) ini. Kami singkapkan tutup matamu sehingga penglihatanmu pada hari itu sangat tajam. (Q. 50: 22).

0 comments:

Posting Komentar