09 Mei 2015

Sabtu, Mei 09, 2015
Semar merupakan tokoh pewayangan yang diciptakan oleh pujangga lokal nusantara. Dalam dunia perwayangan, Semar dikisahkan sebagai tokoh pengasuh/abdi sekaligus penasehat bagi golongan kesatria pada setiap pementasan wayang. Meskipun statusnya hanya sebagai abdi, namun Semar mempunyai keluhuran yang istimewa. Keluhuran itu dapat ditengok dari karakter fisik dan karakter sifat dari Semar.

Semar mempunyai karakter fisik yang unik. Keunikan fisik tersebut merupakan simbolisasi dari dualisme di jagat raya ini. Semar mempunyai bentuk tubuh yang bulat. Bentuk tubuh ini merupakan simbol bumi ini, tempat dimana umat manusia tinggal bersama makhluk lainya. Raut wajahnya dilukiskan selalu tersenyum dan mata yang selalu sembab mengeluarkan air mata. Dalam wajah semar merupakan simbol duka dan suka yang selalu menyertai manusia. Semar berwajah nampak seperti orang tua namun mempunyai potongan rambut bergaya kuncung seperti anak kecil, ini menyimbolkan tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki namun mempunyai payudara layaknya wanita, hal tersebut merupakan simbol dari sifat maskulinitas dan feminitas. Ia berdiri namun terlihat seperti jongkok, menyimbolkan kedudukan penguasa dan rakyat jelata. Semar menyembunyikan tangan kananya dibalik badanya, artinya menyembunyikan kebaikan dan kelebihan yang dimilikinya. Tangan kirinya menunjuk ke atas, menunjukan bahwa dia menjunjung tinggi nilai Ketuhanan yang Maha Esa. Kain yaang semar gunakan mempunyai arti membaur dengan segala perbedaan.

Dalam setiap petuah yang disampaikan oleh Semar kepada para momonganya seringkali ditampilkan filosofi-filosofi yang bersifat universal dan relevan hingga kapan pun. 
Falsafah tersebut berguna bagi kehidupan manusia. 
Hal tersebut penulis satukan menjadi 10 filosofi Semar.

  1. Urip iku Urup. Hidup itu merupakan nyala jiwa. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi setiap orang disekitar kita.
  2. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara. Harus dan wajib hukumnya mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak.
  3. Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti. Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati, dan sabar.
  4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha. Berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan/mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan. Kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi.
  5. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan. Jangan gampang sakit hati manakala musibah/hasutan menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
  6. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetn, aja aleman. Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut pada sesuatu, jangan kolokan atau manja.
  7. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman. Jangan terobsesi atau terpesona dengan kedudukan, materi, dan kepuasan duniawi.
  8. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka. Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
  9. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho. Jangan tergiur dengan hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah. Jangan berpikir gampang/plin-plan agar tidak kendur niat dan semangat.
  10. Aja adigang, adigung, adiguna. Jangan sok kuasa, sok besar/kaya, sok sakti.
#prabusamin

0 comments:

Posting Komentar