29 April 2015

Rabu, April 29, 2015
Pergilah kalian menuju Allah. Menjauhlah dari makhluk, dunia dan segala sesuatu selain Dia secara menyeluruh untuk menuju kepada-Nya. Kembalilah kepada-Nya dengan hatimu. Tidakkah engkau mendengar firman Allah SWT:
Ingatlah, bahwa kepada Allahlah kembalinya segala urusan. (QS.26:53)

Wahai anakku, janganlah menganggap makhluk kekal, tetapi pandanglah mereka sebagai makhluk yang akan binasa. Janganlah memandang mereka sebagai yang memberikan kemudaratan dan kemanfaatan, tetai pandanglah mereka sebagai makhluk yang lemah dan hina. Esakanlah Allah dan bertakwalah kepada-Nya. Janganlah memimpikan hal yang tidak dipandang oleh Allah. Dunia dan semua yang tampak di dalamnya tidaklah dipandang oleh Allah. Semua makhluk tidak dipandang oleh Allah. Hati orang mukmin terbebas dari semua ini, terutama bila tidak ada faktor pendukung, maka hati ini lebih kuat keadaannya. Apabila datang faktor pendukung positif, maka akan membantu dan memperkuat hati. Oleh karena itu, dalam situasi bagaimanapun, hatinya tetap kosong dari segala sesuatu selain Allah. Hatinya tidak menghilang karena kegaiban-Nya. Dia juga tidak menuntut perubahan dan penggantian dari-Nya karena dia tahu bahwa yang telah menetapkannya adalah Zat Yang Tidak Berubah. Bagian duniawinya telah kosong dari hatinya, tidak bertambah dan tidak berkurang. Diapun tidak mencari kelebihan maupun kekuranganny; tidak menuntut agar bagiannya diakhirkan atau dipercepat, karena telah nyata ada waktu khusus yang telah ditentukan baginya. Dia adalah makhluk yang berakal, sedangkan orang-orang yang mencari tambahan dan kekurangan, mempercepat dan mengakhirkan adalah orang-orang yang gila. Barangsiapa yang ridha kepada Allah, maka dia akan mengikuti-Nya dalam segala situasi. Di lain pihak, Allah akan mencintainya, menganugerahkan makrifat kepadanyaserta menyertainya selama sisa umurnya dalam memenuhi keinginannya yang baik, kemudian dia menjadi dekat dengan-Nya dan Dia mengatakan kepadanya: "Akulah Tuhanmu"(QS.20:12), ketika dia merasa bingung dan terputus dengan-Nya seperti ketika Dia berfirman kepada Musa AS: [i]"Akulah Tuhanmu".
Allah SWT berfirman kepada nabi Musa AS secara lahir dan Dia berfirman kepada hati yang makrifat secara batin. Allah menjadikan Musa AS bisa mendengar firman-Nya adalah karena kasih-Nya kepadanya, bersikap lemah-lembut kepadanya, serta memuliakan nabi-Nya. Mukjizat para nabi bersifat lahir sedang karamah para wali bersifat batin. Para wali merupakan pewaris para nabi. Mereka menegakkan agama Allah dari gangguan setan, manusia dan jin.
Wahai engkau yang tidak mengenal Allah, Rasul-Nya dan para wali, apa yang kau ketahui tentang orang baik dan orang tidak baik? Engkau suka membaca Al-Quran tetapi engkau sendiri tidak mengetahui apa yang kau baca. Engkau beramal dan tidak mengetahui apa yang kauamalkan. Keadaan seperti itu termasuk perkara dunia yang tidak terikat dengan akhirat.
Jadilah orang yang berakal dan berlaku baik. Bertobatlah dan membisulah. Tidak ada berita bagimu dari Allah; tidak ada berita dari Rasul-Nya; tidak ada berita dari para wali-Nya; juga tidak ada berita dari ilmumu tentang semua itu dan tentang makhluk-Nya. Bertobatlah dan diamlah membisu. Engkau tidak bisa mentafakuri kematian dan keadaanmu di alam kubur hingga engkau mengenal ilmu. Beramallah karena Allah sehingga Dia memberimu cahaya yang menerangi dunia dan akhirat. Terimalah apa yang saya katakan dengan sungguh-sungguh. Tinggalkanlah segala yang berhubungan dengan masa lalu karena itu adalah kegilaan darimu dan alasan bagi si pemalas. Tidak ada artinya menyesali masa lalu. Akan tetapi kita mesti mengambil jalan tengah. Kita berusaha dan bekerja. Janganlah berkata: "Dia mengatakan", "Kita telah mengatakan", "Mengapa" dan "Bagaimana". Sebab kita tidak dapat memasuki ilmu Allah. Kita berusaha sedangkan Dialah yang berbuat sesuai dengan yang Dia kehendaki.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Dia Tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, tetapi merekalah yang akan ditanya. (QS.21:23)
Apabila urusanmu telah selesai dan hatimu dekat kepada Allah, maka Dia akan menjadikanmu zuhud terhadap dunia dan senang pada akhirat. Engkau akan menemukan namamu tertulis pada pintu taqarrub kepada Allah Azza wa Jalla: "Fulan bin Fulan termasuk hamba Allah yang merdeka".
Oleh karena itu, itulah yang tidak berubah dan tidak berganti, tidak berkurang dan tidak bertambah. Pada saat itu, akan bertambah rasa syukurmu kepada Allah dan bertambah pula amalmu dalam kebaikan dan taat di hadapan-Nya. Selain itu, janganlah menghilangkan rasa takut dalam hatimu dan janganlah menganggap lemah kekuasaan Allah. Bacalah firman Allah Azza wa Jalla:
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki). Di sisi-Nya terdapat Ummul Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS.13:39)
Dia tidak ditanya tentang apa yang Dia perbuat, dan merekalah yang akan ditanyai. (QS.21:23)
Janganlah diam melihat ayat itu. Sebab yang menuliskannya adalah Dia Yang juga kuasa untuk menghapusna; yang menetapkannya, adalah Dia Yang juga kuasa untuk merobohkannya. Tetaplah berada dalam ketaatan, rasa takut dan rasa khawatir sampai maut datang menjemputmu, lalu engkau lewat dari dunia ke akhirat dengan selamat. Pada saat itu engkau akan selamat dari pergantian dan perubahan.
Engkau yang senantiasa bergumul dalam kebodohan, kemunafikan serta pencariannya terhadap dunia dan pergumulannya dengannya, dan engkau yang senantiasa memakan makanan haram, bagaimana bisa kau berambisi mendapatkan cahaya hati, kebersihan batin serta kemampuan berbicara dengan penuh kata-kata hikmah? Ingatlah bahwa para wali senantiasa berbicara dengan terpaksa, mereka tidur seperti tidur yang tenggelam, dan mereka makan seperti orang sakit makan. Mereka tetap dalam keadaan seperti itu sampai tiba catatan ajalnya. Mereka diserupakan dengan para malaikat yang telah difirmankan oleh Allah Azza wa Jalla:
Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan dan mereka selalu mengerjakan apa yang selalu diperintahkan. (QS.66:6)
Para wali diserupakan dengan para malaikat bahkan dilebihkan atas malaikat. Malaikat senantiasa menghalangi bencana di antara mereka, di dunia dan di akhirat.
Wahai kaumku, seandainya ucapan saya tidak sampai kepadamu, maka dengarkanlah ucapan saya dengan penuh keimanan dan keyakinan. Ucapan saya ditujukan untuk hati. Oleh karena itu dengarkanlah dengan hati dan batinmu, niscaya lahir dan batinmu menjadi tenang, duri hawa nafsumu akan menjadi hancur, dan api syahwatmu akan padam. Syahwat paling buruk adalah yang membuatmu mencintai dunia, membenci kefakiran dan menjerumuskanmu dalam kehancuran.
Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa hakikat takwa adalah jika engkau mengumpulkan apa yang ada dalam hatimu, lalu meninggalkannya di tempat terbuka, kemudian membawanya berkeliling di pasar, maka di sana tidak ada sesuatupun yang membuatmu malu.
Wahai kau yang merasa bodoh, apa yang mencukupimu? Sesungguhnya engkau tidak bertakwa sehingga dikatakan kepadamu:"Bertakwalah kepada Allah". Engkau malah membencimu. Apabila dikatakan kepadamu kebenaran, engkau memang mendengarkannya tetapi menganggapnya remeh. Kemudian apabila seseorang ingkar kepadamu maka kau marah kepadanya.
Allah Azza wa Jalla berfirman dalam sebagian firman-Nya:
Aku mencintai pada saat kalian memberi makan kepada orang lain demi Aku. Kemudian pada saat kalian durhaka kepada-Ku, maka Aku murka kepada kalian.
Allah Azza wa Jalla mencintaimu bukan karena membutuhkanmu, tetapi karena kasih sayang kepadamu. Oleh karena itu, Allah mencintaimu untuk kepentingan dirimu, bukan untuk kepentingan-Nya. Dia mencintai ketaatanmu kepada-Nya karena manfaat dari ketaatanmu akan kembali kepadamu. Engkau harus menyibukkan diri dan menerima Zat Yang mencintaimu untuk kepentinganmu, dan engkau harus berpaling dari orang yang mencintaimu untuk kepentingan dirinya sendiri. Orang Mukmin harus melupakan segala sesuatu selain Tuhannya dan harus senantiasa teringat kepada Allah. Dengan itu dia akan mencapai derajat taqarrub kepada-Nya, hidup bersama-Nya, serta tawakal kepada-Nya dengan pasti. Apabila tawakal dan tauhid orang Mukmin sudah benar, niscaya Allah akan berhubungan dengannya sebagaimana Dia berhubungan dengan nabi Ibrahim AS. Allah memberikan makanan dari makanan-Nya, memberi minuman dari minuman-Nya, dan memberinya tempat tinggal dalam rumah ciptaan-Nya. Allah tidak memberinya tempat yang sebenarnya. Pada saat itu, berarti hubunganmu dengan Allah telah benar dari segi isinya, bukan dari segi bentuknya.
Tidakkah engkau malu, ketamakanmu telah membawamu ke dalam suatu keadaan sehingga engkau melayani kezaliman dan memakan sesuatu yang haram? Sampai kapan engkau makan dan melayani para raja? Tidak lama lagi kerajaan akan musnah dan engkau sendiri akan berpaling untuk melayani Allah Azza wa Jalla yang tidak akan musnah. Jadilah orang yang berakal dan relakanlah bagian yang sedikit dari dunia ini sehingga akan datang kepadamu bagian yang banyak dari akhirat. Ambillah bagianmu dengan sikap zuhud, niscaya engkau akan memperolehnya pada jalan Tuhan dengan qudrat dan perbuatan-Nya, bukan diperoleh dengan dunia dan kekuatannya, tidak pula diperoleh dari pintu pemerintah disertai hawa nafsu, setan dan watak yang buruk. Apabila engkau telah memperoleh dunia, sedangkan hatimu di jalan Allah, niscaya para malaikat dan arwah para nabi ada di sekelilingmu. Jika tidak begitu, maka keduanya jauh darimu, satu sama lainnya berjauhan di dua tempat dan keadaan yang berbeda.
Orang-orang yang berakal bertutur sebagai berikut:
"Kami tidak memakan bagian dunia kami di jalanan, tidak juga di rumah kami. Kami tidak makan kecuali di sisi-Nya. Orang-orang yang zuhud makan di surga dan orang-orang yang makrifat makan di sisi-Nya, sedangkan mereka berada di dunia. Orang-orang yang mencintai Allah tidak makan di dunia dan tidak juga di akhirat. Makanan dan minuman mereka adalah sikap baik dan kedekatannya kepada Tuhan serta pandangan mereka kepada Tuhannya. Mereka menjual dunia dengan akhirat. Kemudian menjual akhirat dengan mendekatkan diri kepada Allah. Penguasa dunia dan akhirat. Orang-orang yang benar dlam mahabbahnya akan menjual dunia dan akhirat dengan Tuhannya.
Mereka menghendaki-Nya, tidak yang lain. Setelah sempurna jual-beli itu, datanglah kemuliaan, kemudian Dia mengembalikan dunia dan akhirat kepada mereka sebaga pemberian dan Dia menyuruh untuk mendapatkannya. Kemudian mereka mengambilnya semata-mata karena perintah-Nya dengan merasa puas tetapi kurang baik mencernanya dan tidak memerlukannya. Mereka mengikutinya dengan mengikuti takdir-Nya dan dengan sikap yang baik. Mereka menerima dan mengambilnya sambil berkata: "Sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki" (QS.11:79).
"Engkau mengetahui bahwa kami rela kepada-Mu dan tidak rela kepada selain-Mu. Kami rela lapar, haus, telanjang dan hina. Semuanya itu dilemparkan pada pintu-Mu".
Ketika merelakan semua itu dan mereka mengakui dengan jiwanya bahwa tenang bersama-Nya maka Dia akan memandang mereka dengan pandangan kasih sayang. Kemudian menjadikan mereka mulia setelah mereka hina, menjadikan mereka kaya setelah mereka fakir, serta menjadikan mereka dekat kepada-Nya di dunia dan di akhirat.
Orang Mukmin itu zuhud terhadap dunia, kemudian zuhud itu menghilangkan kekotoran batinnya, maka dia datang ke akhirat dengan hati yang tenang. Kemudian datang kekhawatiran yang menghilangkan dunia dari hati orang Mukmin dan diketahui bahwa dunia adalah penghalang bagi kedekatannya kepada Allah Azza wa Jalla. Pada saat itu orang Mukmin akan meninggalkan kesibukannya dengan makhluk dan melaksanakan perintah-perintah syariat serta menjaga jarak antara dirinya dengan orang awam. Kedua matanya terbuka sehingga dapat melihat cacat dirinya dan cacat makhluk lainnya. Oleh karena itu, dia tidak senang kepada selain Tuhannya. Dia tidak mendengarkan apapun selain dari Tuhannya dan tidak memikirkan apapun selain dari Tuhannya.
Dia tidak menyenangi apapun selain janji-Nya dan tidak takut pada apapun selain ancaman-Nya. Dia meninggalkan kesibukan pada sesuatu selain dengan-Nya dan dia hanya sibuk dengan-Nya. Jika keadaan ini telah sempurna maka dia berada dalam sesuatu yang tidak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga dan tak pernah tersirat dalam hati manusia.
Wahai anakku, sibukkanlah dirimu dengan dirimu sendiri, kemudian dengan orang lain. Akan tetapi, janganlah berlaku seperti lilin yang membakar dirinya dan menerangi yang lain. Janganlah masuk ke dalam sesuatu dengan hawa nafsumu. Apabila Allah menghendakimu atas sesuatu, maka Dia akan mempersiapkanmu untuk itu. Apabila Dia menghendakimu berguna bagi orang lain, maka Dia akan mengembalikanmu kepada mereka dan memberimu keteguhan, kepedulian kepada mereka dan kekuatan untuk mengatur mereka. Dia akan melapangkan hati dan dadamu serta menempatkan hukum di sana. Dia akan memperhatikan batinmu. Pada saat itu, Dialah yang berada, bukan engkau. Firman Allah Azza wa Jalla:
Hai Dawud, sesungguhnya Kami telah menjadikanmu khalifah (penguasa) di muka bumi. (QS.38:26)
Perhatikan firman-Nya: "sesungguhnya Kami telah menjadikanmu khalifah". Allah tidak mengatakan: "Kamu menjadikan dirimu sendiri sebagai khalifah."
Para nabi dan para wali tidak menghendaki dan tidak mengusahakan agar dirinya menjadi seorang khalifah. Akan tetapi, semua itu semata-mata karena perintah Allah Azza wa Jalla, karena perbuatan-Nya, karena urusan-Nya dan karena kehendak-Nya.
Wahai engkau yang menyimpang dari jalan lurus, janganlah mencari alasan dengan sesuatupun, karena sesungguhnya engkau tidak punya alasan. Kebaikan itu ada di sisimu. Yang halal itu jelas dan yang harampun jelas. Betapa engkau tidak malu di hadapan Allah. Betapa sedikit rasa takutmu kepada-Nya. Betapa sering engkau menganggap remeh dalam memandang-Nya. Nabi SAW bersabda: "Takutlah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu."
Orang yang terbiasa bangun malam dapat melihat Allah Azza wa Jalla dengan hatinya, sehingga hatinya yang tercerai-berai jadi menyatu, melebur jadi satu, meruntuhkan penghalang antara mereka dengan-Nya, meleburkan bangunan fisik dan menyisakan intisari-nya serta menyebabkan hilangnya perantara. Oleh karena itu, tidak ada yang menetap dalam diri mereka kecuali Allah Azza wa Jalla. Mereka tutup mulut dan tidak bergerak. Tidak ada kesenangan atas sesuatu sehingga keadaan ini telah benar pada mereka. Apabila mereka telah benar, maka sempurnalah urusan hak mereka. Pada tahap awal, mereka keluar dari penghambaan dan peribadahan pada dunia, kemudian mereka keluardari segala sesuatu selain Allah secara menyeluruh. Mereka senantiasa selalu dalam hubungan-Nya:
Supaya Kami memperhatikan bagaimana kalian berbuat.(QS.10:14)
Batin itu ibarat raja, sedangkan hati adalah perdana menterinya. Tubuh, lidah, dan anggota badan adalah pelayan raja dan menteri. Batin meminta minum dari lautan Allah. Hati meminta minum dari batin. Tubuh yang tenang meminta minum dari hati. Lidah meminta minum dari tubuh. Anggota badan meminta minum dari lidah.
Apabila lidah telah baik, maka hatipun baik.Apabila lidah rusak, hatipun rusak. Lidahmu membutuhkan kendali takwa dan tobat dari ucapan salah dan kemunafikan. Apabila keadaan itu berlangsung terus, maka kefasihan lidah berubah menjadi fasihnya hati. Kemudian apabila keadaan ini telah sempurna, tampaklah cahaya darinya menuju lidah dan anggota badan. Pada saat itulah ucapan lidah berfungsi untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dalam keadaan dekat dengan-Nya, tiada perkataan baginya, tiada doa dan tiada pula zikir. Doa, zikir dan ucapan itu pada saat jauh dari-Nya. Sementara saat dekat dengan-Nya, yang ada hanyalah kebisuan, ketenangan, merasa puas dengan apa yang dilihat dan menikmatinya.
Ya Allah, jadikan kami termasuk orang yang melihat-Mu di dunia dengan kedua mata hati kami, dan melihat-Mu di akhirat dengan kedua mata kepala kami.

0 comments:

Posting Komentar