Sesaji Sebagai Harmonisasi Dengan Alam
Sub judul di atas merupakan falsafah Jawa
 tentang prinsip dasar yang melandasi tindakan seseorang untuk 
memberikan sesaji atau sedekah. Tetapi akibat kurangnya pemahaman 
tentang sesaji, hal itu menimbulkan stigma, yakni penilaian negative dan
 pemahaman yang melenceng jauh dari prinsip dasar, pengertian, maksud 
dan tujuan sesaji itu sendiri. Kadang muncul stigma sangat tendensius 
yang menghakimi tindakan memberikan sesaji. Padahal dalam upacara sesaji
 sesungguhnya memiliki nilai luhur kearifan local masyarakat Indonesia. 
Tindakan destruktif, brutal dan tidak bertanggungjawab kadang dilakukan 
sekelompok orang dengan mengatasnamakan pembelaan Tuhan. Itu terjadi 
karena orang tidak tahu jika dirinya sedang tidak tahu, tidak sadar jika
 dirinya sedang terbenam dalam ketidaksadaran yang sangat membius.
Seperti telah saya singgung di atas bahwa
 sesaji merupakan usaha untuk berharmoni dengan hukum alam. Penjelasan 
singkatnya begini, seseorang memberikan sedekah kepada beragam kehidupan
 yang ada di lingkungan sekitarnya. Sedekah ini merupakan artikulasi 
nyata dari kesadaran manusia untuk saling menjaga kelestarian alam, 
menjaga keharmonisan dan kelangsungan ekosistem dan lingkungan hidup. 
Rasa welas asih menjadi pondasi melakukan sedekah sesaji. Itu disebut pula urip (hidup) yang murup
 (menyala), atau hidupnya berguna untuk seluruh kehidupan di planet 
bumi. Jangankan menyakiti apalagi membunuh orang lain yang beda 
pendapat, mengumpat dan meledek pun tidak dilakukannya. Perbuatan 
demikian itu jelas merupakan tindakan melawan hukum alam. Cepat atau 
lambat pasti akan tergulung oleh mekanisme hukum  keadilan alam.
Tingkatan Sesaji
Sesaji atau sedekah jika mengacu pada 
kualitasnya, sifatnya bertingkat-tingkat. Dari sesaji yang levelnya 
paling sederhana (rendah) hingga paling lengkap (tinggi). Dengan 
demikian, sesaji bukanlah sesuatu yang memberatkan. Tetapi dapat 
disesuaikan menurut kemampuan masing-masing orang. Orang mau pilih yang 
sederhana dan ringan atau yang lengkap, yang penting setiap bersedekah 
atau bersesaji harus dilakukan dengan tulus ikhlas. Jika terpaksa jangan
 melakukannya. Efeknya pun berbeda tergantung seberapa tinggi kualitas 
sesaji atau sedekah yang diberikan.
               Sesaji sebagai bentuk 
kebaikan pasti menimbulkan efek getaran energy positif yang memancar ke 
segala penjuru. Besaran energy ini ditentukan seberapa besar kualitas 
sesaji yang diberikan. Energy positif akan beresonansi kemudian 
membangkitkan energy positif yang berlipat ganda, dan sebaliknya energy 
negative akan meresonansi kemudian menimbulkan energy negative yang 
berlipat ganda pula. Oleh sebab itu bagi siapapun yang akan memberikan 
sesaji hendaknya niat dan pikiran sudah disetel secara tepat semenjak 
proses membuat sesaji dimulai.  Di situlah saat paling menentukan apakah
 sesajinya akan menghasilkan respon positif atau malah sebaliknya. 
Kuncinya terletak pada pengorbanan, persembahan, dan ketulusan yang 
ditujukan kepada orang-orang, mahluk hidup dan lingkungan yang kita 
hormati dan sayangi.
               Demikian tadi uraian 
singkat mengenai sesaji. Semoga tulisan ini dapat membantu para pembaca 
yang budiman untuk memahami seluk-beluk sesaji secara proporsional dan 
bijaksana.
Salam Seger Waras


0 comments:
Posting Komentar