Mengapa kita sulit untuk mendapatkan jiwa yang bertemu (merasakan 
kedekatan dan kerinduan) dengan Tuhannya?
Padahal Tuhan berfirman bahwa:
 "AKU lebih dekat daripada urat lehermu?" , bahwa: "Kemanapun wajahmu 
menghadap di situlah AKU?".
"Sesungguhnya AKU lah Allah, tiada tuhan 
selain AKU maka sembahlah AKU",
"Wahai JIWA yang tenang, masuklah ke 
dalam ridha Tuhanmu dengan keridhan-Nya",
Apakah karena kita hanya mampu
 berkata tapi belum tembus rasa:
"Inni wajahtu wajhiya..., dst." 
Benarkah jiwa kita sudah sepenuhnya menghadap Tuhan pemilik langit dan 
bumi dengan kepasrahan total? 
Apakah "jiwa sadar Tuhan" dalam diri kita 
telah kita tutup sendiri dengan ratusan lapis cangkang penghalang yang 
mengotori jiwa dan membuatnya tidak menjadi jiwa yang tenang? 
Kita 
selalu diberi gelas berisi air "sadar Tuhan" tetapi karena pandangan 
lahir belaka, nafsu, pemikiran dan persangkaan keliru, maka hanya gelas 
yang kita ketahui, kita dapati dan kagumi, bukan tetesan airnya. 
(Semarang-Pati, 27.03.15).
01 April 2015
          
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar