01 April 2015

Rabu, April 01, 2015
Mengapa kita sulit untuk mendapatkan jiwa yang bertemu (merasakan kedekatan dan kerinduan) dengan Tuhannya?
Padahal Tuhan berfirman bahwa: "AKU lebih dekat daripada urat lehermu?" , bahwa: "Kemanapun wajahmu menghadap di situlah AKU?".
"Sesungguhnya AKU lah Allah, tiada tuhan selain AKU maka sembahlah AKU",
"Wahai JIWA yang tenang, masuklah ke dalam ridha Tuhanmu dengan keridhan-Nya",
Apakah karena kita hanya mampu berkata tapi belum tembus rasa:
"Inni wajahtu wajhiya..., dst." 
Benarkah jiwa kita sudah sepenuhnya menghadap Tuhan pemilik langit dan bumi dengan kepasrahan total? 
Apakah "jiwa sadar Tuhan" dalam diri kita telah kita tutup sendiri dengan ratusan lapis cangkang penghalang yang mengotori jiwa dan membuatnya tidak menjadi jiwa yang tenang? 
Kita selalu diberi gelas berisi air "sadar Tuhan" tetapi karena pandangan lahir belaka, nafsu, pemikiran dan persangkaan keliru, maka hanya gelas yang kita ketahui, kita dapati dan kagumi, bukan tetesan airnya. (Semarang-Pati, 27.03.15).

0 comments:

Posting Komentar