Ada satu lagi pemahaman salah kaprah yang
terlanjur diyakini kebenarannya oleh sebagian masyarakat kita.
Akibatnya bisa fatal, apalagi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
gaib. Sebab dapat mendiskreditkan kelompok tertentu, atau bahasa
kasarnya menimbulkan fitnah. Saya istilahkan sebagai persepsi “sampah”,
atau junk opinion. Timbulnya junk opinion ini disebabkan oleh beberapa hal misalnya,
- Kurangnya ilmu pengetahuan dan informasi mengenai suatu hal sehingga menyebabkan penilaian yang salah.
- Tidak memahami secara obyektif, yang disebabkan oleh sikap tidak suka terhadap suatu hal, sehingga menimbulkan penilaian yang tendensius menyudutkan kelompok tertentu.
- Orang tidak mengalami, tidak melakukan, dan tidak memahami suatu hal. Melainkan hanya menerima apa adanya, taken for granted, tetapi buru-buru dianggap sebagai suatu informasi yang benar. Misalnya kita memahami suatu hal tetapi referensinya sangat lemah, hanya berdasarkan cerita dari mulut ke mulut. Atau “katanya”, Jawa: ujare, Sunda : ceunah ceuk ceunah.
Opini “sampah” dapat berkembang pesat menjadi opini masyarakat (public opinion) apabila didukung oleh kepentingan kelompok (vested interest),
kekuatan dan kekuasaan politik melalui media massa menjadi “kampanye
hitam” (black champagne) yang bersifat masif. Bentuk-bentuk “kampanye
hitam”, entah disadari atau tidak seringkali dilakukan oleh media massa,
media elektronik seperti tayangan hiburan dan misteri di beberapa
stasiun televisi swasta di Indonesia.
Satu contoh yang akan saya kemukakan pada
kesempatan kali ini mengenai opini “sampah” tentang sesaji. Memberikan
sesaji dengan serta merta dianggap perbuatan hina, musrik, dosa dengan
tuduhan memuja setan. Orang yang membuat sesaji dianggap sebagai orang
yang tunduk, kalah, dan mau menjadi budak setan. Ini benar-benar opini
“sampah” yang telah menyesatkan umat manusia selama puluhan tahun. Untuk
itu masilah kita urai satu persatu tentang rahasia sesaji.
Nilai Esensial Sesaji
Pertama-tama perlu saya berikan eksplanasi singkat tentang Sesaji agar supaya para pembaca yang budiman lebih mudah memahami tulisan saya kali ini. Sesaji berasal dari kata saji.
Sajian, sesajian, maknanya sama dengan hidangan. Menyajikan berarti
menghidangkan. Sesaji kata benda bersifat tunggal, sedangkan sesajian
bermakna jamak atau plural. Sesaji yakni sesuatu yang dihidangkan.
Secara umum sesaji dibuat sebagai wujud sedekah. Saya ulangi sekali
lagi, sedekah. Sedekah yang dibagikan kepada orang lain. Sedekah
dilakukan tidak terbatas pada antar sesama manusia, melainkan bisa
dilakukan kepada bangsa tumbuhan, binatang, bahkan makhluk halus
sekalipun. Nilai esensial dari sedekah itu sendiri yakni bentuk nyata
kasih-sayang atau welas-asih antar sesama makhluk penghuni
jagad raya ini. Pemahaman ini sangat penting digarisbawahi untuk
membebaskan diri dari cengkeraman opini “sampah” yang telah mengotori
otak dan hati kita.
Selanjutnya ...
Salam Seger Waras
0 comments:
Posting Komentar